Senin, 22 Februari 2016

Kromatografi Kolom dan Pigmen Plastida



Biokimia kromatigrafi kolom dan pigmen plastida


I. TUJUAN
Memisahkan komponen zat warna atau pigmen dalam ekstrak daun papaya yaitu karoten, xantofil, klorofil A, dan klorofil B dengan menggunakan metode kromatogram kolom dengan pigmen plastida


II. PRINSIP
2.1 Berdasarkan Hukum Distribusu Nernts
“Jika suau zat dalam dua pelarut yang tidak saling bercampur, rasio fraksional zat yang terlarut dalam pelarut keseimbangan adalah suatu konstanta”
Kd = C1/C2
Dimana: Kd : koefisien distribusi
          C1 : konsentrasi zat terlarut pada pelarut 1
          C2 : Konsentrasi zat terlarut pada pelarut 2
2.2 Berdasarkan Hukum “Like Dissolved Like”
“Senyawa polar akan relative larut dalam pelarut polar dan senyawa yang non polar akan relative larut dalam pelarut non – polar”.
2.3 Berdasarkan proses adsorpsi masing – masing komponen ekstrak daun papaya di dalam kolom
2.4 Berdasarkan pada perbedaan kecepatan migrasi differensial dan zat yang dipisahkan di antara dua fasa yaitu selulosa sebagai fasa diam


III. Teori
Kromatografi kolom merupakan teknik kromatografi yang paling awal yang pertamakali di lakukan oleh D.T.Davy yaitu untuk membedakan komposisi minyak bumi. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom digolongkan kedalam kromatografi cair – padat (KCP) kolom terbuka. Pemisahan kromatografi kolom adsorpsi didasarkan pada adsorpsi komponen-komponen campuran dengan afinitas berbeda-beda terhadap permukaan fase diam. Kromatografi kolom adsorpsi termasuk pada cara pemisahan cair- padat. Substrat padat (adsorben) bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut dalam fase cair. Fase bergeraknya adalah cairan (pelarut) yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom. Prinsip yang mendasari kromatografi kolom adsorpsi ialah bahwa komponen – komponen dalam zat contoh yang harus diperiksa mempunyai afinitas yang berbeda-beda terhadap adsorben dalam kolom. Apabila kita mengalirkan cairan ( elutor ) secara kontinyu melalui kolom yang berisi zat contoh yang telah diadsorpsikan oleh penyarat kolom, maka yang pertama – tama dihanyutkan elutor ialah komponen yang paling lemah terikat kepada adsorben. Komponen –komponen lainnya akan dihanyutkan menurut urutan afinitasnya terhadap adsorben, sehingga terjadi pemisahan daripada komponen – komponen tersebut. Pemisahan tergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antarmuka di antara butiran-butiran adsorben dan fase bergerak serta kelarutan relatif komponen pada fase bergeraknya. Antara molekul-molekul komponen dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorpsi pada permukaan adsorben sehingga menimbulkan proses dinamis. Keduanya secara bergantian tertahan beberapa saat di permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase bergerak. Pada saat teradsorpsi komponen dipaksa untuk berpindah oleh aliran fase bergerak yang ditambahkan secara kontinyu. Akibatnya hanya komponen yang mempunyai afinitas lebih besar terhadap adsorben akan secara selektif tertahan. Komponen dengan afinitas paling kecil akan bergerak lebih cepat mengikuti aliran pelarut. Teknik pemisahan kromatografi kolom partisi sangat mirip dengan kromatografi kolom adsorpsi. Perbedaan utamanya terletak pada sifat dari penyerap yang digunakan. Pada kromatografi kolom partisi penyerapnya berupa materi padat berpori seperti kieselguhr, selulosa atau silika gel yang permukaannya dilapisi zat cair (biasanya air). Dalam hal ini zat padat hanya berperan sebagai penyangga (penyokong) dan zat cair sebagai fase diamnya. Fase diam zat cair umumnya diadsorpsikan pada penyangga padat
yang sejauh mungkin inert terhadap senyawa- senyawa yang akan dipisahkan. Zat padat yang penyokong harus penyerap dan menahan fase diam serta harus membuat permukaannya seluas mungkin untuk mengalirnya fase bergerak. Penyangga pada umumnya bersifat polar dan fase diam lebih polar dari pada fase bergerak. Dalam kromatografi partisi fase bergeraknya dapat berupa zat cair dan gas yang mengalir membawa komponen-komponen campuran sepanjang kolom. Jika fase bergeraknya dari zat cair, akan diperoleh kromatografi partisi cair-cair. Teknik ini banyak digunakan untuk pemisahan senyawa-
senyawa organik maupun anorganik.
Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh sejumlah bakteri belerang. Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Klorofil merupakan katalisator fotosintesis yang sangat penting dalam semua jaringan tumbuhan berfotosintesis. Klorofil terdapat dalam kloroplas dan sering berkaitan dengan protein, tetapi mudah diekstraksi ke dalam pelarut lipid. Di dalam tumbuhan, paling sedikit terdapat lima jenis klorofil. Secara kimia, seluruh jenis klorofil mengandung satu inti porfirin dengan satu atom Mg terikat di tengah. Perbedaan setiap jenis klorofil disebabkan perbedaan dalam rantai alifatik yang terikat pada inti porfirin. Klorofil bersifat labil, selama isolasi dapat mengurai atau kehilangan atom Mg. Klorofil yang kekurangan rantai samping pirol akan membentuk klorofilida, sedangkan klorofil yang kehilangan atom Mg akan membentuk protoklorofil. Selain klorofil, di dalam tumbuhan juga terdapat
pigmen warna lain yang disebut karotenoid. Selain sebagai pigmen warna, karotenoid juga membantu dalam fotosintesis. Terdapat lebih dari 300 jenis
karotenoid, tetapi yang terdapat dalam tumbuhan tinggi hanya sedikit, umumnya berupa karoten. Salah satu turunan karotenoid, yaitu hidrokarbon tak jenuh
turunan likopen atau turunan likopen teroksigenesi dikenal sebagai xantofil. Xantofil yang umum terdapat berupa monohidroksikaroten (ketrin dan rubixantin), dihdroksi-karoten (zeakantin) atau dihidroksi- epoksikaroten (violaxantin). Untuk memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada
suatu tumbuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi teknik kromatografi merupakan teknik yang banyak digunakan. Kromatografi pertama kali
diberikan oleh Michael Tswett, seorang ahli botani Rusia, pada tahun 1906.
Kromatografi berasal dari bahasa Yunani ‘Kromatos’ yang berarti warna dan ‘Graphos’ yang berarti menulis. Kromatografi merupakan metode
pemisahan yang sederhana. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995). Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen.
Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Anonim, 1995).


IV. Gambaran umum
Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai pemisahan zat-zat warna pada daun tumbuhan Manihot esculentum (menggunakan daun yang sangat tua karena banyak mengandung klorofil) secara kromatografi. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi komponen-komponennya. Adapun kromatografi yang digunakan adalah kromatografi kertas karena menggunakan kertas saring. Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula. Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap sedangkan fase gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Untuk melarutkan klorofil digunakan petroleum ether karena klorofil tidak larut dalam air. Setelah ekstrak didapatkan, estrak diteteskan pada kertas kromatografi dengan menggunakan jarum suntik setetes demi setetes hingga berwarna hijau pekat. Namun sebelum itu, ujung kertas dibuat bentuk segitiga dan pada bagian tengahnya diberi tanda titik kecil sebagai bagian dalam penetesan ekstrak. Kertas dimasukkan ke dalam tabung kultur dan tabung ditutup agar tidak ada udara yang masuk. Alasan untuk menutup tabung adalah untuk meyakinkan bahwa udara dalam tabung terjenuhkan dengan uap pelarut. Penjenuhan udara dalam tabung dengan uap menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada kertas. Setelah beberapa menit didapatkan hasil seperti di
atas. Berdasarkan gambar hasil kromatografi di atas, sehingga kita dapat membandingkan pigmen mana yang menempuh jarak paling jauh. Dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa urutan pigmen pada kertas dari yang terkecil ke yang terbesar adalah kuning (Xantofil), hijau muda (Klorofil b), hijau tua (Klorofil a), dan jingga (Karoten). Artinya Karoten meenempuh jarak yang paling jauh dari titik awal dan yang menempuh jarak yang paling dekat adalah Xantofil. Seperti yang kita ketahui bahwa rumus kimi dari pigmen tersebut antara lain Xantofil {C4OH54(OH)2}, Klorofil A {C55H72O5N4Mg}, Klorofil B {C55H70O6N4Mg}, dan Karoten {C4OH56}. Jadi, dapat kita simpulkan bahwa berat molekul Karoten lebih kecil disusul oleh Xantofil, Klorofil A, dan berat molekul terbesar adalah Klorofil B (dapat dilihat dari banyaknya atom C dan atom O), sehingga urutan pigmen yang menempuh jarak terjauh adalah Karoten, Xantofil, Klorofil A, dan Klorofil B. Namun, hasil pengamatan kami tidak sesuai dengan teori tersebut. Adapun ketidakcocokan hasil pengamatan dengan teori dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan baik pada waktu pengamatan yang kurang lama ataupun pigmen sebenarnya belum terhenti benar sehingga hasil pengamatan tidak sesuai dengan fakta yang ada.

DAFTAR PUSATAKA
Sudjadi.1988.Metode Pemisahan. Konsius: Yogyakarta.
Arsyad, M. Natsir, 2001, Kamus Kimia Arti dan
Penjelasan Istilah , Gramedia: Jakarta.
Aswad.2001.Kimia Untuk Universitas.Erlangga :
Jakarta.
Bernaseoni,G. 2005. Teknologi Kimia . PT Padya
Pranita: Jakarta.
Desti. 2015. Kromatografi Kolom. http://destirumapea24.blogspot.co.id/2015/03/kromatografi-kolom.html
Keenan, Charles W. dkk. 2002. Kimia Untuk
Universitas Jilid 2 . Erlangga: Jakarta.
Mulyadi. 2006. Pengenalan Ilmu Kimia . Bumi aksara:
Jakarta
Syukri. 2000. Kimia Dasar 3 . ITB Press: Bandung.
Synder, L.R,J.J. Kirkland, dan J.L.Glajch. 1997. HPLC
Method Development . New York: John Willey & Sons.
Watson, G David. 2005. Analisis Farmasi edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar