Senin, 22 Februari 2016

TITRASI ARGENTOMETRI




I.                    TUJUAN
Menentukan konsentrasi NaCl dengan cara Fajans menggunakan titrasi argentometri

II.                  PRINSIP
2.1  Berdasarkan pada reaksi ion Ag+ dari AgNO3 dengan ion halida
2.2  Berdasarkan pada penentuan titik akhir titrasi dengan metode Fajans dimana pada titik akhir titrasi terbentuk endapan berwarna
III.                TEORI DASAR

Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya yang didasarkan pada pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1. Asidimetri dan Alkalimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi asam-basa.
2. Oksidimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari ion Ag).
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum yang berarti perak. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan endapan ion Ag+ pada argentometri zat pemeriksaan yang telah diberikan indikator. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+dapat tetap diendapkan. Kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood, 1992).
Salah satu zat yang digunakan pada argentometri adalah K2CrO4. Metode ini sering disebut metode Mohr. Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar Cl (klorida) dan Br (brome) dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dengan indikator K2CrO4 titrasi ini harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikit katalis pH 6,5-9,5. Dalam suasana asam perak kromat akan larut karena akan terbentuk dikromat, dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan perak hidroksida (Khopkar, 1990).
Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan endapan dan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk menentukan garam-garam halogen dan siaAnida. Karena kedua jenis garam ini dapat membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag. Sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCl + Ag+ → AgCl↓ + Na
KCl + Ag+ → AgCl↓ + K
KCN + Ag+ → K[Ag(CN)2]
Karena AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka garam tersebut dapat digunakan sebagai larutan primer. Dalam titrasi argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk garam kompleks K[Ag(CN)2] karena proper tersebut dikemukakan pertama kali oleh Lieberg (Harizul, 1995).
Jika ion Cl ditambahkan dengan AgNO3 akan terbentuk endapan perak klorida. AgCl yang seperti didih dan putih ia tidak larut dalam air dan asam nitrat encer. Tetapi larut dalam amonia encer dan dalam larutan-larutan kalium sianida dan dalam tiosulfat (Vogel, 1985).
Pembentukan suatu endapan lain dapat digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini terjadi pula pada titrasi Mohr, dan klorida dengan ion perak dimana digunakan ion kromat yang kemerahan diambil sebagai titik akhir (TE). Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :
1. Metode Mohr (Pembentukan endapan berwarna) dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromide dalam suasana netral dengan larutan AgNO3 dan penambahan K2CrO4sebagai indikator.
2. Metode Volhard (Penentuan zat warna yang mudah larut) digunakan dalam penentuan ion Cl-, Br-, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3.
3. Metode Fajans (Indikator absorbsi) sama seperti cara Mohr, hanya terdapat perbedaan jenis indikator yang digunakan adalah indikator absorbsi seperti Cosine atau Fluones.

IV.                GAMBARAN UMUM
Argentometri merupakan analisis volumetri berdasarkan atas reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar argentum. Atau dapat diartikan sebagai cara pengendapan atau pengendapan kadar ion halida atau kadar Ag+ itu sendiri dari reaksi terbentuknya endapan dan zat uji dengan titran AgNO3. Tujuan dari percobaan kali ini yaitu membuat larutan AgNO3 0,1 N, stndarisasi larutan AgNO3dengan NaCl, dan penetapan klorida dalam sampel garam dapur. Sebelum menentukan kadar NaCl, terlebih dahulu dilakukan standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl, untuk memastikan keakuratan normalitas dari AgNO3. Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah metode Mohr dengan indicator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara permanen. Dipilih indikator K2CrO4 karena suasana sistem cenderung netral. Kalium kromat hanya bisa digunakan dalam suasana netral. Jika kalium kromat pada reaksi dengan suasana asam, maka ion kromat menjadi ion bikromat. Sedangkan dalam suasana basa,ion Ag+ akan bereaksi dengan OH dari basa dan membentuk endapan AgCOH dan selanjutnya teroksidasi menjadi H2O. Hasil reaksi ini berupa endapan AgCl. Ag+ dari AgNO3 dengan Cl- dari NaCl akan bereaksi membentuk endapan AgCl yang bewarna putih. Setelah ion Cl- dalam NaCl telah bereaksi semua, maka ion Ag+ akan bereaksi dengan ion CrO42- dari K2CrO4 (indikator) yang ditandai dengan perubahan warna, dari kuning menjadi merah bata. Saat itulah yaitu saat AgNO3 tepat habis bereaksi dengan NaCl. Kedaan yang demikian dinamakan titik ekuivalen dimana jumlah mol grek AgNO3 sama dengan jumlah mol grek NaCl. Pemilihan indikator dilihat juga dari kelarutan. Ion Cl-lebih dulu bereaksi daripada ion CrO42-, kemungkinan karena perbedaan keelektronegatifan Ag+dan Cl- lebih besar dibandingkan Ag+ dan CrO42-.
 Percobaan selanjutnya yaitu penetapan kadar NaCl dalam sampel. Dimana, sampel yang digunakan dalam percobaan ini yaitu garam dapur. Kadar NaCl murni yang terkandung dalam sampel tadi dapat ditentukan dengan menentukan ion Cl- nya menggunakan titrasi argentometri dan AgNO3 sebagai larutan standar. Indikator yang digunakan yaitu kalium kromat ( K2CrO). Pada penambahan indikator K2CrO4 warna larutan yang tadinya bening berubah menjadi kuning bening. Dan pada saat dilakukan titrasi, ion Cl- dari NaCl yang terkandung dalam larutan bereaksi dengan ion Ag+ sehingga terbentuk endapan AgCl yang bewarna putih. Saat terjadi titik ekuivalen yaitu saat ion Cl- tepat bereaksi dengan ion Ag+ yang berarti ion Cl- habis dalam sistem. Dengan penambahan AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion CrO42-dalam indikator K2CrO4 membentuk endapan putih dengan warna merah bata.

V.                  DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A & Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga.
Hidayat, S.2013. Laporan Praktikum Dasar Kimia Analitik. http://rifnotes.blogspot.co.id/2013/06/laporan-praktikum-dasar-kimia-analitik_2683.html.Diakses pada tanggal: 4 Februari 2016.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:UI-Press.
Rivai, H. 2006. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta:UI-Press.
Vogel.1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Jakarta:PT. Kalman Pusaka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar