PROTEIN
I.
TUJUAN
1.1 Tujuan Umum
Untuk mengenal jenis
– jenis protein melalui sifat – sifat terhadap pereaksi – pereaksi tertentu
1.2 Tujuan Khusus
1.2.1
Uji
Ninhidrin
Tujuan
mengetahui senyawa turunan aldehid yang disertai pembebasan karbondioksida dan ammonia
Prinsip
berdasarkan reaksi redoks pembentukan senyawa yang lebih rendah disertai pembebasan karbon dioksida dan ammonia menghasilkan warna biru (kecuali prolin dan hidroksiprolin menghasilkan warna kuning)
Tujuan
mengetahui senyawa turunan aldehid yang disertai pembebasan karbondioksida dan ammonia
Prinsip
berdasarkan reaksi redoks pembentukan senyawa yang lebih rendah disertai pembebasan karbon dioksida dan ammonia menghasilkan warna biru (kecuali prolin dan hidroksiprolin menghasilkan warna kuning)
1.2.2
Uji
Biuret
Tujuan
Mengetahui adanya dua ikatan peptide pada senyawa protein
Prinsip
Berdasarkan reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus Co dan gugus NH sari rantai peptide dalam suasana basa
Tujuan
Mengetahui adanya dua ikatan peptide pada senyawa protein
Prinsip
Berdasarkan reaksi pembentukan kompleks Cu2+ dengan gugus Co dan gugus NH sari rantai peptide dalam suasana basa
1.2.3
Titik
Isoelektrik Protein
Tujuan
Menentukan titik isoelektrik protein dari larutan kasein 0,5% dengan sedikit pH buffer asetat
Menentukan titik isoelektrik protein dari larutan kasein 0,5% dengan sedikit pH buffer asetat
Prinsip
Berdasarkan pembentukan endapan atau kelarutan pada pH tertentu dimana titik isoelektrik protein menunjukkan pada pH yang
Berdasarkan pembentukan endapan atau kelarutan pada pH tertentu dimana titik isoelektrik protein menunjukkan pada pH yang
II.
DASAR TEORI
Protein
memiliki molekul besar dengan berat molekul bervariasi antara 5000 hingga jutaan.
Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan menghasilkan
asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein.
Asam-asam amino ini terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein mudh
dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH, dan pelarut organik
Ditinjau
dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan
protein sederhana dan protein gabungan.Protein sederhana adalah protein yang
hanya terdiri atas molekul asam-asam amino, sedangkan protein gabungan adalah
protein yang terdiri atas protein dan gugus bukan protein.Gugus ini disebut
gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat
Protein
sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein
fiber dan protein globular.Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang
seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat
Protein adalah segolongan besar
senyawa organik yang dijumpai dalam semua
makhluk hidup. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen, dan kebanyakan juga mengandung sulfur. Bobot molekulnya berkisar dari 6000 sampai beberapa juta. Molekul
protein terdiri dari satu atau beberapa panjang polipeptida dari asam-asam amino yang terikat dengan urutan
yang khas. Urutan ini dinamakan struktur primer dari protein. Polipeptida ini
dapat melipat atau menggulung.
Sifat dan banyaknya pelipatan menyebabkan timbulnya struktur sekunder. Bentuk tiga dimensi dari
polipeptida yang menggulung atau melipat ini dinamakan struktur tersier. Struktur kuartener muncul dari
hubungan structural beberapa
polipeptida yang terlibat. Jika dipanaskan di atas 50oC atau dikenal asam atau basa kuat, protein
kehilangan struktur tersiernya yang
khas dan dapat membentuk
koagulat yang tak larut (misalnya putih telur). Proses ini biasanya menonaktifkan sifat hayatinya
(Daintith, 2005).
Protein merupakan polimer dari asam
amino dan merupakan sebagian besar
dari tubuh manusia dan hewan tingkat tinggi. Sebagian protein merupakan penyusun tubuh (daging, kulit,
rambut, dan lain-lain), sebagian mempunyai fungsi katalis (enzim), yang menyebabkan reaksi-reaksi tertentu dapat berlangsung
baik pada kondisi tubuh. Protein disusun
oleh asam amino dengan melalui ikatan α amida yang disebut ikatan peptida
(Isnain, 2008)
Asam-asam amino beraksi dengan
ninhidryn untuk membentuk produk yang
disebut ungu ruhenann. Reaksi ini biasa digunakan sebagai uji bercak untuk mendeteksi hadirnya asam-asam amino
pada kertas kromatografi. Karena reaksi itu
kuantitatif, reaksi ini digunakan sebagai penganalisis asam amino yang diotomasi, instrumen-instrumen yang
menetapkan persentase asam-asam amino yang
ada dalam suatu contoh (Fessenden dan Fessenden, 1994)
Reaksi biuret dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan protein. Dalam larutan
basa, biuret memberikan warna violet dengan CuSO4 , karena terbentuk kompleks dengan gugus CO dan gugus
NH dari rantai ammonium dalam suasana basa
(Patong, 2007).
Pereaksi Millon adalah larutan
merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah merah oleh pemanasan. Pada dasarnya
reaksi ini positif untuk fenol-fenol,
karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin
akan memberikan hasil
positif (Poedjiadi, 1994)
III.
GAMBARAN UMUM
Ninhidrin
adalah suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino
akan menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan
ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya
kandungan asam α-amino. Ninhidrin adalah suatu reagen yang berguna untuk
mendeteksi asam amino dan menetapkan konsentrasinya dalam larutan. Apabila
bereaksi dengan asam amino menghasilkan zat berwarna ungu
uji Ninhidrin bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya asam amino pada sampel yang diujikan. Dari
data pengamatan didapat zat yang diujikan yaitu albumin + buffer asatat pH 5 +
20 tetes larutan Ninhidrin, kemudian menghasilkan warna ungu kebiru – biruan,
maka hal tersebut menandakan adanya reaksi asam amino pada sampel albumin. Asam
amino yang mengandung asam alfa amino akan memberikan reaksi dengan
larutan Ninhidrin membentuk warna biru.
Pertama kali terjadi oksidasi alfa amino oleh larutan Ninhidrin. Kemudian
terjadi kondensasi antara amonia, larutan Ninhidrin tereduksi dan larutan
Ninhidrin membentuk senyawaa kompleks berwarna biru.
Biuret
adalah reagen yang digunakan untuk mendeteksi adanya ikatan peptida. Dalam uji
biuret ini terdapat 2 reagen, yakni CuSO4 dan NaOH. Pada uji biuret, ketika beberapa
tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada alkali kuat dari peptida
atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang umum untuk protein dan
diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai peptida. Biuret
dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip dengan struktur
peptida dari protein.
pada uji Biuret yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya rantai peptide pada sampel yang diujikan. Sampel
yang diujikan yaitu 1mL albumin + 0,1% CuSO4 + 10% NaOH menghasilkan
warna ungu pada tetes ke satu, pada larutan tersebut tidak terdapat endapan,
tetapi larutan barubah warna menjadi warna ungu. Hal
ini disebabkan penambahan CuSO4 sehingga terbentuk kompleks antar Cu2+
dengan gugus amino dari protein. Semakin kuat intensitas warna ungu yang
dihasilkan ini menunjukan makin panjang ikatan peptidanya. Sedangkan
penambahan NaOH pada protein telur agar bersifat basa. Bahwa jika protein
didihkan dengan asam kuat atau basa kuat yang pekat, molekulnya akan
terhidrolisis menjadi molekul asam amino. Oleh sebab itu kemungkinan penambahan
NaOH agar protein terurai menjadi asam amino. Sedangkan penambahan CuSO4
berfungsi sebagai uji positif terhadap ikatan peptida, jika terbentuk warna
ungu berarti sampel tersebut mengandung protein.
Pada pengujian terakhir yaitu dilakukan pengujian
titik isoelektrik, titik isoelektrik tersebut dapat ditentukan dengan kekeruhan
atau adanya endapan pada larutan.
Dari data pengamatan yang didapat setelah dilakukan percobaan, adanya endapan
pada larutan tersebut pada pH 5,0 dan pH 4,1. Pada titik isolistrik protein
mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak ke arah
elektroda positif maupun negatif apabila ditempatkan di antara kedua elektroda
tersebut
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Daintith, J., 2005, Kamus Lengkap
Kimia, Erlangga, Jakarta.
Fessenden, R. J. dan Fessenden, J.
S., 1994, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Isnain, K., 2008, Penulisan Daftar
Pustaka (Laporan Kumpulan Artikel Bahasa
Aatunhalu), Uji Protein,
http://aatunhalu.wordpress.com/2008/11/18/faq-
tentang-kumpulan-artikel/, diakses
15 Maret 2009.
Patong, A. R., 2007, Penuntun
Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar
Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar